LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK II
ANALISIS SENYAWA KOMPLEKS DENGAN
FTIR
(Fourier Transform Infrared Spectroscopy)
I.
Tujuan Percobaan
Menentukan interaksi ligan dan atom
pusat molekul senyawa kompleks dengan FTIR.
II.
Alat dan Bahan
A. ALAT
1. Spektroskopi FTIR
1 set
2. Alat pembuat pellet
1
buah
3. Mortar
1 buah
4. Neraca analit
1 buah
5. Stopwatch
1 buah
6. Spatula
1 buah
B. BAHAN
1. KBr 200
mgr
2. CuSO4(NH3)2SO4.6H2O 1 mgr
3. [Cu(NH3)4]SO4 1 mgr
C. GAMBAR ALAT


Spektroskopi FTIR Alat
pembuat pellet
III.
Dasar Teori
Salah satu
jenis spektroskopi adalah spektroskopi infra merah (IR). spektroskopi ini
didasarkan pada vibrasi suatu molekul. Spektroskopi inframerah merupakan suatu
metode yang mengamati interaksi molekul dengan radiasi elektromagnetik yang
berada pada daerah panjang gelombang 0.75 - 1.000 µm atau pada bilangan gelombang
13.000 - 10 cm-1.
Prinsip
kerja spektrofotometer infra merah adalah sama dengan spektrofotometer yang
lainnya yakni interaksi energi dengan suatu materi. Spektroskopi inframerah
berfokus pada radiasi elektromagnetik pada rentang frekuensi 400-4000cm-1,
di mana cm-1 yang dikenal sebagai wavenumber (1/wavelength), yang
merupakan ukuran unit untuk frekuensi. Untuk menghasilkan spektrum inframerah,
radiasi yang mengandung semua frekuensi di wilayah IR dilewatkan melalui
sampel. Mereka frekuensi yang diserap muncul sebagai penurunan sinyal yang
terdeteksi. Informasi ini ditampilkan sebagai spektrum radiasi dari%
ditransmisikan bersekongkol melawan wavenumber.
Spektroskopi
inframerah sangat berguna untuk analisis kualitatif (identifikasi) dari senyawa
organik karena spektrum yang unik yang dihasilkan oleh setiap organik zat
dengan puncak struktural yang sesuai dengan fitur yang berbeda. Selain itu,
masing-masing kelompok fungsional menyerap sinar inframerah pada frekuensi yang
unik. Sebagai contoh, sebuah gugus karbonil, C = O, selalu menyerap sinar
inframerah pada 1670-1780 cm-1, yang menyebabkan ikatan
karbonil untuk meregangkan (Silverstein, 2002).
Atom-atom
di dalam
suatu molekul tidak diam melainkan bervibrasi (bergetar). Ikatan kimia yang menghubungkan dua
atom dapat dimisalkan sebagai dua bola yang dihubungkan oleh suatu pegas. Bila radiasi inframerah dilewatkan
melalui suatu cuplikan maka molekul-molekulnya dapat menyerap (mengabsorpsi)
energi dan terjadilah transisi di antara tingkat vibrasi dasar dan tingkat
tereksitasi. Contoh suatu ikatan C-H yang bervibrasi 90 triliun kali dalam satu detik harus
menyerap radiasi inframerah pada frekuensi tersebut untuk pindah ketingkat
vibrasi tereksitasi pertama. Pengabsorpsian energi pada frekuensi
dapat dideteksi oleh spektrofotometer infra merah yang memplot jumlah radiasi
infra merah yang akan memberikan informasi enting tentang tentang gugus
fungsional suatu molekul (Blanchard, A Arthur,
1986).
Inframerah merupakan radiasi elektomagnetik dari suatu
panjang gelombang yang lebih panjang dari gelombang tampak tetapi lebih panjang
dari gelombang mikro. Spestroskopi inframerah merupakan
salah satu teknik spektroskopi yang didasarkan pada penyerapan inframerah oleh
senyawa. Karena spectrum IR memiliki panjang gelombang yang
lebih panjang dari panjang gelombang yang lain maka energi yang
dihasilkan oleh spectrum ini lebih kecil dan hanya mampu menyebabkan vibrasi
atom-atom pda senyawa yang menyerapnya. Daerah
radisai sinar inframerah terbagi menjadi 3 antara lain:
1. Daerah IR dekat (13000-4000
cm-1)
2. Daerah IR tengah (4000-200
cm-1)
3. Daerah IR jauh (200-10 cm-1)
Kebanyakan
analisis kimia berada pada daerah IR tengah. IR jauh digunakan untuk menganalisis
mzat organik,anorganik dan organologam yang memiliki atom berat (massa atom diatas 19). Sedangkan IR dekat menganalisis
kuantitatif denagn kecepatan tinggi. Karena panjang gelombang IR lebih
pendek dari apnjang gelombang sinar tampak ataupun sinar UV maka energi IR
tidak mampu mentransisikan elektron ,melainkan hanya menyebabkan molekul hanya
bergetar.
Setiap molekul memiliki harga energi tertentu. Bila suatu senyawa menyerap energi
dari sinar IR maka tingkatrn energi didalam molekul itu akan tereksitasi
ketingkatan energi yang lebih tinggi. Sesuai dengan energi yang diserap
maka yang akan terjadi pada molekul itu adalah perubahan energi vibrasi yang
diikuti dengan perubahan energi rotasi. Interksi ini terjadi dengan
syarat adnya perubahan momen dipol sebagai akibat dari vibrasi. Radiasi medan listrik berubah –ubah
akan berinteraksi dengan molekul dan akan menyebabkan perubahan amplitudo salah
satu gerakan molekul. Selain itu energi yang dihasilkan
oleh sianr IR harus sesuai dengan energi yang dibutuhkan oleh atom untuk
bervibrasi. Senyawa seperti O2dan N2 tidak
memiliki perubahn mimen dipole dalam vibrasinya sehingga tidak dapt
mengadsropsi sinar IR (Earnshaw A, 1997).
Berikut adalah komponen alat spektrofotometri IR (Tim Kimia Analitik Instrumen,2009):
1. Sumber Energi : Sumbernya
dapat berupa Nernest atau lampu Glower, yang dibuatt dari oksida-oksida
zirconium dan yttrium, berupa batang berongga dengan diameter 2mm dan panjang
30mm. batang ini dipanaskan sampai 1500-20000C dan akan memberikan radiasi di atas 7000 cm-1. Sumber radiasi yang biasa digunakan berupa Nernst Glower,
Globar, dan Kawat Nikhrom. Nernst Glower merupakan campuran oksida dari zirkon
(Zr), dan yitrium (Y) yaitu ZrO2 dan Y2O3,
atau campuran oksida thorium (Th) dan serium (Ce). Nernst Glower ini berupa
silinder dengan diameter 1 sampai 2 mm dan panjang 20 mm. pada ujung silinder
dilapisi platina untuk melewatkan arus listrik. Nernst Glower mempunyai radiasi
maksimum pada panjang gelombang 1,4 µm atau bilangan gelombang 7100 cm-1.
Globar merupakan sebatang silicon karbida (SiC) biasanya dengan diameter 5 mm
dan panjang 50 mm. radiasi maksimum Globar terjadi pada panjang gelombang
1,8-2,0 µm atau bilangan 7100 cm-1. Kawat Nikhrom merupakan campuran
nikel (Ni) dan Krom (Cr), mempunyai radiasi lebih rendah dari Nernst Glower dan
Globar.
2.
Monokromator: digunakan untuk menghilangkan sinar yang tidak diinginan,
sehingga diperoleh sinar yang monokromatis, terdiri dari sistem celah
(masuk-keluar) tempat sinar dari sumber radiasi masuk ke dalam sistem
monokromator; alat pendispersi berupa prisma/kisi difraksi akan menguraikan
sinar menjadi komponen panjang gelombang. Monokromator yang digunaan untuk alat
infra merah umumnya terbuat dari berbagai macam bahan, missal:prisma (umumnya dalam
littrow mounting) dan celah yang terbuat dari gelas, lelehan silika, LiF, CaF2, BaF2, Nacl, AgCl, KBr, CsI. Tetapi pada umumnya prisma
NaCl digunaan untuk daerah 4000-6000 cm-1 dan prisma KBR untuk 400 cm-1.
3. Wadah sampel :
Berfungsi untuk menaruh/meletakkan/melekatkan sampel yang akan dianalisis.
Wadah sampel yang digunakan disesuaikan pada bentuk fisik sampel yang akan
dianalisis.
Wadah sampel tergantung dari jenis sampel. Untuk sampel berbentuk gas digunakan
sel gas dengan lebar sel atau panjang berkas radiasi 40 m. hal ini dimungkinkan
untuk menaikkan sensitivitas karena adanya cermin yang dapat memantulkan berkas
radiasi berulang kali melalui sampel. Wadah sampel untuk sampel berbentuk
cairan umumnya mempunyai panjang berkas radiasi kurang dari 1 mm biasanya
dibuat lapisan tipis (film) di antara dua keping senyawa yang transparan
terhadap radiasi inframerah. Dapat pula dibuat larutan yang kemudian dimasukkan
ke dalam sel larutan.Wadah sampel untuk padatan mempunyai panjang berkas
radiasi kurang dari 1 mm (seperti wadah sampel untuk cairan). Sampel berbentuk
padatan ini dapat dibuat pellet, pasta, atau lapis tipis. Pelet KBr dibuat
dengan menggerus sampel dan Kristal KBr (0,1 – 2,0 % berdasar berat) sehingga
merata kemudian ditekan sampai diperoleh pelet atau pil tipis. Pasta (mull)
dibuat dengan mencampur sampel dan setetes bahan pasta sehingga merata kemudian
dilapiskan di antara dua keping NaCl yang transparan terhadap radiasi
inframerah. Bahan pasta yang biasa digunakan adalah parafin cair. Lapis tipis
dibuat dengan meneteskan larutan dalam pelarut yang mudah menguap pada
permukaan kepingan NaCl dan dibiarkan sampai menguap.
4. Detektor : alat
yang mengukur atau mendeteksi energi radiasi akibat pengaruh panas. Berbeda
dengan detector lainnya (misalnya phototube), pengukuran radiasi infra merah
lebih sulit karena intensitas radiasi rendah dan energi foton infra merah juga
rendah. Akibatnya signal dari detector infra merah ecil sehingga dalam
penguurannya harus diperbesar dengan menggunaan amplifier. Terdapat dua macam
detector yaitu thermocouple dan bolometer.
5. Rekorder : alat perekam untuk
mempermudah dan mempercepat pengolahan data dari detector.Recorder
Tidak ada
pelarut yang sama sekali transparan terhadap sinar IR, maka cuplikan dapat
diukur sebagai padatan atau cairan murninya. Cuplikan padat digerus pada
muortar kecil bersama Kristal KBr kering Dalam jumlah sedikit (0,5-2 mg
cuplikan sampai 100 mg KBr kering) campuran tersebut dipres diantara 2 sekrup
memakai kunci kemudian kedua sekrupnya dan baut berisi tablet cuplikan tipis
diletakkan di tempat sel spektrofotometer infrared dengan lubang mengarah ke
sumber radiasi (Hendayana,
1994).
Spektrofotometer
FTIR
Pada dasarnya spektrometer FTIR sama
dengan spektrofotometer FTIR sama degan spektrofotometer IR yang membedakannya
adalah pengembangan pada sistem optiknya sebelum berkas sinar inframerah
melewati sampel.Sistem optik spektrofotometer IR dilengkapi dengan cermin
diam.Dengan demikian radiasi inframerah akan menimbulkan perbedaan jarak yang
ditempuh menuju cermin bergerak dan cermin yang diam.Pada sistem optik fourier
traansform infared digunakan radiasi laser yang berfungsi sebagai radiasi yang
diinterferensikan dengan radiasi inframerah agar sinyal radiasi inframerah yang
diterima oleh detektor secara utuh dan lebih baik (Day, R.A dan A.L. Underwood. 2002).
IV.
Cara Kerja
1.
Menyiapkan sampel yang akan diuji berupa garam rangkap dan komplek
serta memastikan sampel dalam keadaan kering.
2.
Menimbang 200 mgr KBr.
3.
Mengambil ± 1mg sampel
garam rangkap CuSO4(NH3)2SO4.6H2O
dan menghaluskannya bersama KBr dengan mortar hingga
halus.
4.
Membuat pellet dari
campuran bahan tersebut menggunakan alat press dan di pre-vakum selama 2-3
menit.
5.
Mengepress pellet
dengan pompa hidrolik dan mengatur tekanannya menjadi 80 KN selama 5 menit.
6.
Menghentikan proses
vakum dan pengepresan lalu mengambil sampel pellet dengan cara mendorongnya
dengan pompa hidrolik hingga terdengar
punya “klek” yang berarti sampel sudah lepas.
7.
Meletakkan pellet yang
sudah jadi pada sampel holder dan menempatkannya pada lintasan sinar alat FTIR.
8.
Melakukan pengukuran
dengan alat FTIR dan mengamati grafik yang terbentuk
9.
Menyimpan data yang
dihasilkan dan melakukan pembahasan terhadap puncak-puncak yang terbentuk
10.
Mengulangi langkah tersebut di atas
sekali lagi dengan mengganti sampel garam rangkap menjadi garam kompleks [Cu(NH3)4]SO4 .
V.
Hasil Percobaan
Berupa
grafik hasil pengukuran dengan FTIR terhadap spektra garam rangkap CuSO4(NH3)2SO4.6H2O
dan garam kompleks[Cu(NH3)4]SO4
(terlampir).
VI. Pembahasan
Percobaan ini bertujuan untuk menentukan
interaksi ligan dan atom pusat molekul senyawa kompleks dengan FTIR. FTIR digunakan untuk
melakukan analisa kualitatif yaitu untuk mengetahui ikatan kimia yang dapat
ditentukan dari spektra
vibrasi yang dihasilkan oleh suatu
senyawa pada panjang gelombang tertentu. Selain itu
digunakan
juga untuk analisa kuantitatif yaitu melakukan
perhitungan tertentu dengan menggunakan intensitas. Prinsip kerja
spektroskopi FTIR adalah
adanya interaksi energi
dengan materi. Dalam percobaan
ini materi berupa molekul senyawa kompleks
yakni garam rangkap CuSO4(NH3)2SO4.6H2O
dan garam kompleks [Cu(NH3)4]SO4
yang ditembak dengan energi
dari sumber sinar
yang akan menyebabkan molekul tersebut mengalami
vibrasi.
Sumber sinar yang digunakan adalah keramik, yang apabika dialiri arus listrik
maka keramik ini dapat memancarkan infrared. Vibrasi
dapat terjadi karena energi yang berasal dari
sinar infrared tidak cukup kuat untuk menyebabkan terjadinya atomisasi ataupun
eksitasi elektron
pada molekul senyawa yang ditembak
dimana besarnya energi vibrasi tiap atom atau molekul berbeda tergantung pada
atom-atom dan kekuatan ikatan yang menghubungkannya sehingga dihasilkan
frekuaensi yang berbeda pula.
Perbedaan
mendasar antara IR dan FTIR adalah pada FTIR interferogramnya menggunakan
mecrosem dan letak cerminnya (fixed mirror dan moving mirror) paralel. Spektroskopi
inframerah berfokus pada radiasi elektromagnetik pada rentang frekuensi 400 – 4000 cm-1 di mana cm-1
disebut sebagai wavenumber
(1/wavelength) yakni suatu
ukuran unit untuk frekuensi. Daerah
panjang gelombang yang digunakan pada percobaan ini adalah daerah inframerah
pertengahan (4.000 – 200 cm-1).
Sebelum menganalisa dengan FTIR, terlebih dahulu sampel
yang akan dianalisa harus dijadikan pellet.
Pellet yang dibuat harus bening agar dapat menerima interaksi dengan sinar
infrared yang ditembakkan melalui pellet.
Pembuatan pellet sampel menggunakan KBr dengan
perbandingan yang cukup besar, yaitu dengan mencampurkan 1 mg sampel garam
rangkap CuSO4(NH3)2.6H2O dan garam kompleks
[Cu(NH3)4]SO4 dengan 200 mg KBr sehingga pellet yang dihasilkan
tidak terlalu gelap / tebal
dan sulit ditembus infrared.
Oleh karena sampel yang digunakan berupa senyawa kompleks yang memiliki warna tertentu maka penggunaannya
sangat sedikit. Penggunaan sampel
yang sedikit ini agar dihasilkan spektra yang dapat terbaca dengan jelas dan tidak
bertumpuk. Digunakan KBr karena KBr tidak menghasilkan serapan pada IR sehingga
yang teramati secara langsung adalah serapan dari sampel. Pada pembuatan pellet
ini divakum karena didalamnya terdapat udara, vakum akan menyedot udara
sehingga sampel menjadi padat. Pellet
yang dihasilkan dianalisis dengan spektroskopi FTIR.
Sebelum melakukan pengujian, dilakukan pengaturan
pada alat FTIR terlebih dahulu. Setelah
siap, maka dilakukan
pemblankoan dengan mengukur spektra
KBr. Pengkalibrasian alat FTIR menggunakan
polistirena. Setelah itu, barulah pellet dapat dianalisa.
Dari hasil pengujian sampel pada FTIR
didapatkan hasil berupa spektra
masing-masing sampel. Pada garam rangkap didapat spektra dengan analisa sebagai
berikut :
Daerah frekuensi
|
Jenis ikatan
|
3600-3000
3600-3300
2400-2000
1700-1500
1300-1000
1000-700
700-500
<500
|
O-H
N-H
Fenol, ikatan H
C=C stretching
C-O
C-C Vibrasi
C-H bending
Dianggap finger print
|
Sedangkan data analisa dari garam
kompleks adalah sebagai berikut :
Daerah frekuensi
|
Jenis ikatan
|
3600-3300
2400-2000
1700-1500
1500-1250
1300-1200
1000-700
700-500
<500
|
N-H
Fenol, ikatan H
C=C stretching
C-H
C-N
C-C Vibrasi
C-H bending
Dianggap finger print
|
Dari data tersebut dapat dilihat
perbedaan antara sepktra dari garam rangkap dan juga garam kompleks. Salah
satunya adalah gugus O-H yang terdapat pada garam rangkap tetapi tidak terdapat
pada garam kompleks. Selain itu ditemukan serapan C-O pada 1300 – 1000 cm-1.
Sedangkan pada garam kompleks, serapan 3600-3000 cm-1 bentuknya
tidak lebar melainkan meruncing yang diperkirakan adalah N-H. Garam kompleks
memiliki harga serapan 1402,25 sedangkan pada garam rangkap 1400,32 pada
serapan 1500-1250 cm-1.
Adanya beberapa perbedaan serapan antara garam rangkap dan juga garam kompleks
dapat disebabkan oleh adanya perbedaan interaksi yang terjadi antara atom pusat
molekul ligan.
Berdasarkan
spectra yang diperoleh ada serapan yang kurang sesuai yaitu gugus C-H, karena
dalam senyawa sampel yang digunakan tidak terdapat ikatan C-H. Hal ini mungkin
dapat terjadi yang disebabkan adanya ganguan dari luar ataupun saat pembuatan
sampel yang kurang sempurna, sehingga sampel yang terbentuk telah
terkontaminasi yang mengakibatkan adanya pergeseran spektra.
Hasil
analisa FTIR hanya dapat digunakan untuk mengetahui ikatan yang terdapat dalam
suatu senyawa sampel. Hasil ini tidak dapat digunakan untuk menentukan bentuk
struktur dari sampel tersebut. Jadi untuk analisa suatu senyawa perlu didukung
dengan analisa lain seperti H-NMR, C-NMR, dan MS.
I.
Kesimpulan
1. Prinsip
kerja dari alat FTIR adalah interaksi antara materi berupa molekul senyawa kompleks
dengan energi
berupa sinar infrared mengakibatkan
molekul-molekul bervibrasi dimana besarnya energi vibrasi tiap komponen molekul berbeda-beda tergantung pada atom-atom dan kekuatan
ikatan yang menghubungkannya sehingga akan
dihasilkan frekuensi yang berbeda.
2. Adanya perbedaan tingkat energi vibrasi komponen molekul,
analisis spektroskopi inframerah dapat mengidentifikasi keberadaan komponen
atau gugus fungsi dalam molekul.
3. Massa tereduksi pada tiap-tiap atom menyebabkan adanya
perbedaan serapan antara komponen yang satu dengan komponen yang lain, sehingga
dihasilkan spektra yang memiliki puncak (peak) berbeda-beda.
4. Adanya interaksi ligan dengan atom pusat
dapat diketahui dari pergeseran puncak-puncak yang terdapat dalam spektra pada berbagai variasi ligan dan
atom pusat.
5. Interaksi ligan dengan atom pusatnya
berbeda pada garam rangkap dan garam kompleks, hal ini disebabkan walaupun
kedua garam memiliki kombinasi garam dengan atom pusat yang sama tetapi
memiliki sisa ion yang berbeda.
VII.
Daftar pustaka
Blanchard,
A Arthur.1986. Synthetic Inorganic
Chemisrty, New York: John and Willey Sons
Day, R.A dan A.L. Underwood. 2002. Analisis
Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga
Earnshaw, A. 1997. Chemistry of The Element 2nd Edition.
New York: Elsevier
Hendayana,
Sumar, dkk. 1994. Kimia Analitik
Instrumen. Semarang : IKIP Press.
Silverstein.
2002. Identification of Organic Compund, 3rd Edition. New York: John Wiley & Sons Ltd.
Tim Kimia Analitik Instrumen.
(2009). Penuntun Praktikum Kimia Analitik Instrumen (KI 512). Bandung :
Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI
VIII.
Lampiran
-
Data spektra hasil analisis
dengan FTIR
Surakarta, 28 Mei 2013
Mengetahui,
Asisten
Pembimbing Praktikan
Surya Nurul
Fatmawati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar