THERMOGRAVIMETRIC ANALYSIS
( TGA ) DAN DIFFERENTIAL
THERMAL ANALYSIS ( DTA )
I.
TUJUAN PERCOBAAN
1. Mempelajari analisa
termal menggunakan DTA – TGA.
2. Menentukan perubahan
berat dan dekomposisi
hidrat yang terkandung
dalam suatu senyawa
kompleks.
3. Mengetahui sifat-sifat
spesifik ( fenomena ) suatu senyawa
kompleks yang terjadi
akibat pemanasan
II.
ALAT DAN BAHAN
A. Alat:
1. Seperangkat STA Linesis PT 1600
2. Seperangkat alat komputer
B. Bahan :
Cu ranitidine 6,446
mgr
C. Gambar Alat

III.
DASAR TEORI
Analisa termal dapat didefinisikan sebagai pengukuran sifat-sifat fisik dan
kimia material sebagai fungsi dari suhu. Pada prakteknya, istilah analisa
termal seringkali digunakan untuk sifat-sifat spesifik tertentu. Misalnya
entalpi, kapasitas panas, massa dan koefisien ekspansi termal. Pengukuran
koefisien ekspansi termal dari batangan logam merupakan contoh sederhana dari
analisa termal. Contoh lainnya adalah pengukuran perubahan berat dari
garam-garam oksi dan hidrat pada saat mengalami dekomposisi akibat pemanasan.
Dengan menggunakan peralatan modern, sejumlah besar material dapat dipelajari
dengan metode ini. Penggunaan analisa termal pada ilmu mengenai zat padat telah
demikian luas dan bervariasi, mencakup studi reaksi keadaan padat, dekomposisi
termal dan transisi fasa dan penentuan diagram fasa. Kebanyakan padatan
bersifat aktif secara termal dan sifat ini menjadi dasar analisa zat padat
menggunakan analisa termal. Dua jenis teknik analisa termal yang utama adalah
analisa termogravimetrik (TGA), yang secara otomatis merekam perubahan berat
sampel sebagai fungsi dari suhu maupun waktu, dan analisa diferensial termal
(DTA) yang mengukur perbedaan suhu, T,
antara sampel dengan material referen yang inert sebagai fungsi dari suhu. Teknik yang
berhubungan dengan DTA adalah diferential scanning calorimetry (DSC). Pada DSC,
peralatan didisain untuk memungkinkan pengukuran kuantitatif perubahan entalpi yang timbul
dalam sampel sebagai fungsi dari suhu maupun waktu. Analisa termal lainnya
adalah dilatometry, dimana perubahan dari dimensi linier suatu sampel sebagai
fungsi suhu direkam. Dilatometry telah lama digunakan untuk mengukur koefisien
ekspansi termal; baru-baru ini, teknik
ini berganti nama menjadi thermomechanical analysis (TMA), dan telah banyak
diaplikasikan pada beragam material dan masalah; misalnya kontrol kualitas
polimer (R.J Bannec,1972).
Differential Thermal Analysis (DTA)
adalah suatu teknik analisis termal dimana perubahan material diukur sebagai
fungsi temperatur. DTA digunakan untuk mempelajari sifat thermal dan perubahan
fasa akibat perubahan entalpi dari suatu material. Selain itu, kurva DTA
dapat digunakan sebagai finger print material sehingga dapat
digunakan untuk analisis kualitatif. Metode ini mempunyai kelebihan antara lain
instrument dapat digunakan pada suhu tinggi, bentuk dan volume sampel yang
fleksibel, serta dapat menentukan suhu reaksi dan suhu transisi sampel (West, 1984).
Prinsip
kerja DTA yaitu
apabila temperatur sampel
dan zat pembanding
dipanaskan pada temperatur
konstan maka zat
pembanding akan mengalami
kanaikan temperatur sesuai
dengan kenaikan temperatur
yang mengenainya, sementara itu
pada sampel akan
terjadi kenaikan suhu
atau penurunan temperatur
pada batas tertentu
sesuai dengan peristiwa
yang terjadi pada
sampel. Jika perubahan pada
sampel telah sempurna
maka temperatur sampel
akan konstan kembali , seiring dengan
zat pembandingnya.
Ketika
peristiwa yang terjadi
adalah eksotermal , maka panas
akan dilepaskan oleh
sampel sehingga dalam
sampel akan terjadi
kenaikan temperatur yang
ditandai dengan suatu
puncak maksimum pada
kurva DTA. Sedang apabila
perubahan yang terjadi
pada sampel adalah
proses endotermal maka
akan terjadi penyerapan
panas oleh sampel
yang ditandai dengan
penurunan temperatur dari
sampel sehingga kurva
DTA yang diperoleh
adalah sebagai puncak minimum (Currel,
1997).
Termogravimetri
analisis atau termal (TGA) adalah jenis pengujian yang dilakukan pada sampel
untuk menentukan perubahan berat-susut(weight-loss) dalam kaitannya dengan
perubahan suhu. Analisa tersebut bergantung pada tingkat presisi yang tinggi
dalam tiga pengukuran: berat, suhu, dan perubahan suhu. Seperti jumlah
kehilangan berat-susut(weight-loss) terlihat pada kurva, kurva
berat-susut(weight-loss) mungkin memerlukan transformasi sebelum hasilnya dapat
ditafsirkan. Kurva derivatif kehilangan berat-susut(weight-loss) dapat
digunakan untuk memberitahu titik di mana berat-susut(weight-loss) paling
jelas. Mungkin diperlukan Interpretasi terbatas tanpa modifikasi lebih lanjut
dan dekonvolusi dari puncak overlapping. TGA umumnya digunakan
dalam penelitian dan pengujian untuk menentukan karakteristik bahan seperti
polimer, untuk menentukan suhu degradasi, bahan menyerap kadar air, tingkat
komponen anorganik dan bahan organik, dekomposisi poin bahan peledak, dan
residu pelarut. Hal ini juga sering digunakan untuk memperkirakan kinetika
korosi dalam oksidasi suhu tinggi.
Langkah
kedua aliran panas TGA-DTA/DSC simultan dan perubahan berat-susut(weight-loss)
(TGA) dalam bahan sebagai fungsi temperatur atau waktu dalam suasana yang
terkendali. pengukuran simultan dari dua sifat material tidak hanya
meningkatkan produktivitas, tetapi juga menyederhanakan interpretasi hasil.
Informasi pelengkap yang diperoleh memungkinkan pembedaan antara peristiwa
endotermik dan eksotermik yang tidak memiliki berat susut yang terkait
(misalnya, peleburan dan kristalisasi) dan sesuatu yang melibatkan berat susut
(misalnya, degradasi) (Sumbono, 2010).
Bagian-bagian Thermogravimetri analizer (TGA)
Thermogravimetri analizer (TGA) terdiri dari beberapa bagian, yaitu sensitive analytical balance, Furnace (tungku pembakar), Purge gas system, Microcomputer atau micro processor.
a. Balance
Berbagai jenis desin thermobalance dapat dijumpai
secara komersil, jenis-jenisnya berdasarkan pada penyediaan informasi
kuantitatif cuplikan dalam range massa, antara 1 mg – 100 g. Jenis balance yang
umum digunakan adalah yang memiliki
range antara 5-20 mg. Prinsip yang
terjadi adalah adanya perubahan massa cuplikan
menyebabkan defleksi pada beam yang
terpapar sorotan cahaya antara lampu dan satu atau dua
fotodioda. Ketidaksetimbangan pada fotodioda diamplifikasi dan masuk pada
bagian E, dimana bagian ini berada
diantara kutub dari magnet yang permanent
oleh F. Adanya peningkatan medan magnet
menyebabkan beam kembali pada kondisi awal.
Peningkatan fotodioda dimonitor dan ditransformasi
menjadi informasi dalam bentuk massa
atau kehilangan massa oleh system akuisisi data.
b. Furnace
Range suhu pada sebagian
besar furnace adalah sampai 1500oC.
Umumnya kecepatan rata-rata pemanasan atau pendinginan
pada furnace dapat dipilih antara lebih dari 0oC/menit sampai 200oC/menit.
Insulasi dan pendinginan pada bagian
luar furnace dibuat untuk
menghindari transfer panas pada balance.
Nitrogen atau argon sering digunakan untuk
melindungi furnace dan menghindari oksidasi
cuplikan.
Penanganan data Thermogravimetri analizer (TGA)
Temperatur yang terekam pada thermogram idealnya merupakan temperatur nyata
dari cuplikan. Pada prinsipnya, temperatur
ini dapat dipengaruhi oleh
adanya thermocouple dari cuplikan, yang
disebabkan karena dekomposisi katalitik dari cuplikan, kontaminasi
cuplikan, kesalahan pada pengukuran massa.
Konsekuensinya adalah temperatur
yang terekam umumnya diukur
dengan thermocouple kecil yang berada pada tempat cuplikan.
Temperatur yang terekam akan menyimpang dari temperatur cuplikan sebenarnya.
Thermobalance modern biasanya menggunakan
control temperatur terkomputerisasi
yang secara otomatis mengkomparasi tegangan keluaran dari
thermocouple dengan table tegangan vs temperatur yang tersimpan
dalam Read Only Memory (ROM). Mikro
computer menggunakan perbedaan antara temperatur dari
thermocouple dan temperatur yang terspesifikasi dalam ROM untuk menyesuaikan
tegangan dengan pemanas. Dengan demikian
memungkinkan adanya kesesuaian antara
program spesifikasi temperatur dan temperatur cuplikan.
Kalibrasi Thermogravimetri analizer (TGA)
Kalibrasi merupakan hal yang penting dalam analisis menggunkan alat
instrumen dalam laboratorium. TGA yang merupakan alat instrument dalam
laboratorium juga harus dikalibrasi untuk dapat menghasilkan hasil yang baik.
Cara terbaik adalah untuk memeriksa kalibrasi TGA secara berkala. Kalibrasi TGA
dapat dilakukan dengan memperhatikan sifat dari sampel yang diujikan. Jika
menjalankan sampel yang relatif bersih dan tidak melapisi tungku atau tungku
tabung, maka dianjurkan untuk memeriksa harian, mingguan, atau lainnya.
Kalibrasi dapat dilakukan jika TGA dirubah rentang suhunya, mengubah gas
pembersihan, dan jika alat akan dipindahkan atau direratakan. Kalibrasi TGA
dapat dilakukan dengan cara melakukan restore defaults pada
alat. Kemudian papan kesetimbangan dikosongkan, nol keseimbangan, dan tempat
kalibrasi berat yang disediakan instrument dalam papan sampel. Setelah papan
kesetimbangan diatur beratnya, kemudian dilakukan pengaturan pada tungku dan
suhu.
Tembaga adalah
logam berdaya hantar listrik tinggi, maka dipakai sebagai kabel listrik.
Tembaga tidak larut dalam asam yang bukan pengoksidasi tetapi tembaga
teroksidasi oleh HNO3. Bentuk pentahidrat yang lazim terhidratnya,
yaitu kehilangan empat molekul airnya pada 100o C dan kelima-lima
molekul air pada suhu 150o C. Pada 650oC, tembaga (II)
sulfat mengurai menjadi tembaga (II) oksidasi (CuO), sulfur dioksida (SO2)
dan oksigen (Sugiarto, 2003).
Bahan uji kristal CuSO4.5H2O
dipanaskan dengan TG-DTA sampai suhu 1000ºC, dengan kecepatan pemanasan
100°C/menit, bahan tersebut mengalami peristiwa pengurangan air (dehidrasi) dan
peruraian (dekomposisi). Peristiwa peruraian terjadi karena adanya pelepasan
air yang terikat sebagai air kristal, dan peruraian serbuk CuSO4
menjadi CuO serta SO2 dan O2 dalam bentuk gas, akibat
dari peristiwa tersebut secara bertahap menyebabkan terjadinya penurunan berat
dan akan membutuhkan sejumlah panas (Sutri, et
al., 2008).
IV.
CARA KERJA
1) Menyalakan
alat power supply dan pemutar air
2) Menyalakan
STA
3) Melihat
layar TG an suhu
4) Menaikkan
turnance
5) Memasang
krus kosong, reference dan sampel
6) Mengamati
layar TG ± (-80) – (-90)
7) Melakukan
pengaturan timbangan
8) Menyalakan
komputer dan menyambungkan ke instrument
9) Menjalankan
program STA pada desktop
10) Mengamati
layar TG (total massa kurs)
11) Menimbang
sampel 6,446 mg
12) Memasang
kuts yang berisi sampel yang akan di uji ke sensor
13) Melakukan
setting program STA
14) Memilih
data TG-DTA
15) Mengamati
zero file sudah diatur kemudian menjadikan koreksi baseline
16) Melakukan
pengaturan T 400ºC, isi speed= 50 (deg/min dan max)
17) Memasukkan
speed dan max T (actual value dan change)
18) Menimbang
sampel dan menolkan alat
19) Mengamati
alat siap running sampel
20) Klik
start dan melanjutkan
21)
Mengamati grafik yang
dihasilkan dan mengusahakan tidak banyak getaran karena STA sensitif terhadap
getaran
V.
Hasil Percobaan dan
Pembahasan
A. Hasil
Percobaan
Diperoleh spektra
DTA-TGA terlampir
B. Pembahasan
Pada percobaan ini bertujuan untuk
mempelajari analisa termal menggunakan DTA-TGA, menentukan perubahan berat dan
dekomposisi hidrat yang terkandung dalam suatu senyawa kompleks, serta mengetahui sifat-sifat
spesifik (fenomena) suatu senyawa kompleks yang terjadi akibat pemanasan. Senyawa kompleks yang dianalisa adalah Cu ranitidine.
Prinsip kerja
DTA yaitu apabila
temperatur sampel dan
zat pembanding dipanaskan
pada temperatur konstan
maka zat pembanding
akan mengalami kanaikan
temperatur sesuai dengan
kenaikan temperatur yang
mengenainya, sementara itu pada
sampel akan terjadi
kenaikan suhu atau
penurunan temperatur pada
batas tertentu sesuai
dengan peristiwa yang
terjadi pada sampel. Jika
perubahan pada sampel
telah sempurna maka temperatur sampel
akan konstan kembali, seiring dengan
zat pembandingnya. Sedangkan,
prinsip dari TGA yaitu mengukur kecepatan rata-rata perubahan massa suatu
bahan/cuplikan sebagai fungsi dari suhu atau waktu pada atmosfer yang
terkontrol. Pada TGA pengukuran digunakan untuk menentukan komposisi dari suatu
bahan atau cuplikan dan untuk memperkirakan stabilitas termal pada suhu diatas
1000 ͦ C. Metode ini dapat mengkarakterisasi suatu bahan atau
cuplikan yang dilihat dari kehilangan massa atau terjadinya dekomposisi,
oksidasi atau dehidrasi.
Dari
hasil percobaan diperoleh spektra DTA/TGA diketahui pada suhu ±100 ͦC terjadi dekomposisi H2O
dimana sampel Cu
menyerap panas atau kalor yang ditandai
adanya puncak minimum. Hal ini disebut
proses endotermal.
Selain itu, dari spektra TG/DTA
diketahui adanya weight-loss (berat susut) dimulai pada suhu 27 ͦ
C terus
mengalami penurunan sedikit demi sedikit hingga pada
suhu ± 220 ͦ C. Adanya penurunan weight-loss menjadi sekitar 86
% sehingga jumlah weight lossnya sekitar ±14% dari berat semula.
Adanya penurunan weight ini karena terjadinya dekomposisi dari
ranitidine yang tersimpan di dalam sampel.
Selain itu, adanya
proses yang eksotermal pada suhu ±220 ͦC
ditermogram DTA. Ketika peristiwa yang
terjadi adalah eksotermal,
maka panas akan
dilepaskan oleh sampel
sehingga dalam sampel
akan terjadi kenaikan
temperatur yang ditandai dengan
suatu puncak maksimum
pada kurva DTA. Sedangkan
apabila perubahan yang
terjadi pada sampel
adalah proses endotermal
maka akan terjadi
penyerapan panas oleh
sampel yang ditandai
dengan penurunan temperatur
dari sampel sehingga
kurva DTA yang
diperoleh adalah sebagai puncak
minimum. Pada termogram DTA
mempunyai puncak yang eksotermal, dimana
pada proses ini sampel Cu ranitidine melepaskan
panas yang menyebabkan
temperatur naik. Hal ini
ditandai dengan adanya puncak maksimum pada suhu tersebut.
Pada saat terjadinya dekomposisi ranitidine dari logam Cu, maka secara bersamaan
sampel pasti akan menyerap ataupun melepas kalor yang ditandai dengan puncak
maksimum maupun puncak minimum. Pada suhu 220 ͦ C terjadi dekomposisi
ranitidine dimana dalam
termogram TGA dan secara bersamaan terjadi juga puncak maksimum pada termogram
DTA yang berarti bahwa saat terjadinya dekomposisi rantidine dari sampel Cu akan melepaskan panas.
VI.
Kesimpulan
1. Prinsip kerja
DTA yaitu apabila
temperatur sampel dan
zat pembanding dipanaskan
pada temperatur konstan
maka zat pembanding
akan mengalami kanaikan
temperatur sesuai dengan
kenaikan temperatur yang
mengenainya, sementara itu pada
sampel akan terjadi
kenaikan suhu atau
penurunan temperatur pada
batas tertentu sesuai
dengan peristiwa yang
terjadi pada sampel. Jika
perubahan pada sampel
telah sempurna maka temperatur sampel
akan konstan kembali, seiring dengan
zat pembandingnya. Sedangkan,
prinsip dari TGA yaitu mengukur kecepatan rata-rata perubahan massa suatu
bahan/cupllikan sebagai fungsi dari suhu atau waktu pada atmosfer yang
terkontrol.
2. Adanya analisis termal dapat mengidentifikasi terjadinya fenomena-fenomena tertentu dengan menghubungkan
fungsi temperatur terhadap sifat kimia maupun fisik.
3. Pada suhu ±100 ͦC terjadi dekomposisi H2O
dimana sampel Cu
menyerap panas atau kalor yang ditandai adanya puncak minimum (proses endoterm). Sedangkan ranidinite terdekomposisi
pada suhu ±220 ͦC hingga mengalami penurunan berat (weight-loss) sebesar ±14% dimana sampel melepas kalor ditandai dengan adanya
puncak maksimum (proses ekosterm).
VII.
Daftar Pustaka
Bannec, RJ. 1972. The
Australian Science Teachers Journal vol.18 no.4. page 79-82
Currel, 1997.Principles
of Thermal Analysis TG, DSC, STA. NETZSCH Instruments
hal : 117
Harney West, 1984.Ewing’s
Analytical Instrumentation Handbook 3rd Edition :Chapter 15. Newyork: Marcel Dekker
Indaryati, Sutri, Iis
Haryati, Yanlinastuti, 2008, Uji Fungsi
Alat Thermal Gravimetri Differential Thermal Analysis, Prosiding
Seminar Pengelolaan Perangkat Nuklir, Batan.
Sugiarto,
Kristian H., 2003, Dasar-Dasar Kimia
Anorganik II, Yogyakarta: Jica
Sumbono,
Aung. 2010. Thermogravimetric Analysis.
Palembang: Universitas Sriwijaya
VIII.
Lampiran
Mengetahui, Surakarta,
4 Juni 2013
Asisten
Pembimbing Praktikan
Wahru Nurul Fatmawati
apakah alat uji DTA bisa untuk mengetahui nilai dr Koefisien thermal expansion, thermal conductivity, dan kapasitas panasnya?
BalasHapusmisal saya punya sampel awal 51 mg, dan data TG yang terekam dari menit2 awal itu -0.01 mg s.d 13.8 mg, apakah ini menunjukkan bahwa massa yang hilang haya 13.8 mg?sementara 37 mg berupa abu?TG/DTA (dari temperatur 90 s.d 950C, Heating rate 20 C/min)
BalasHapus