PERANAN BAKTERI,
JAMUR DAN KHAMIR DI BIDANG INDUSTRI KIMIA
Dalam bidang industri kimia peranan
mikroorganisme sangat dibutuhkan karena pada dasarnya mikroorganisme tidak
hanya bersifat sebagai parasit akan tetapi ada yang menguntungkan, sebagai
contoh bakteri Escherichia coli yang berperan dalam proses produksi terutama
fermentasi. Selain itu peran lain dari mikroorganisme khususnya bakteri adalah
dalam penguraian minyak bumi yang tertumpah ke laut dan penguraian
zat-zat yang bersifat toksik di sungai atau laut. Selain bakteri juga ada jamur
dan khamir yang akan diuraikan peranannya dalam bidang industri khususnya
industri kimia. Cabang ilmu bioteknologi yang mempelajari industri khususnya
mengenai pengembangan dan produksi senyawa baru ataupun sumber energi yang
terbarukan dengan menggunakan mikroorganisme seperti jamur, khamir, bakteri
serta dibantu oleh enzim tertentu untuk memudahkan pengolahan limbah dan proses
produksi industri disebut bioteknologi putih atau abu-abu.
- PERAGIAN
ALKOHOL OLEH RAGI (KHAMIR) DAN BAKTERI
Penggunaan
khamir dalam industri seperti pada fermentasi alkohol, industri biomassa dan
bahan baku karbohidrat.
Pada
kondisi anaerob pada tumbuhan dan beberapa fungi terjadi penimbunan alkohol
khususnya etanol. Penghasil alkohol (etanol) adalah ragi terutama dari Saccharomyces cerevisiae. Seperti halnya
fungi, ragi bernafas aerob dalam lingkungan terisolasi dari udara, ragi akan
meragikan karbohidrat menjadi etanol dan karbondioksida. Pada beberapa bakteri
anaerob termasuk anaerob fakultatif pada peragian heksosa dan pentosa
menghasilkan alkohol sebagai produk utama. Gay-lussac merumuskan proses
pengubahan glukosa menjadi etanol dalam reaksi sebagai berikut:

Peragian dari
glukosa menjadi etanol dan
karbondioksida oleh ragi Saccharomyces
cerevisiae berlangsung melalui alur fruktosa difosfat. Piruvat
didekarboksilasi menjadi asetaldehid oleh piruvat dekarboksilase dengan bantuan
tiamin pirofosfat. Asetaldehid oleh alkohol dehidrogenase direduksi dengan NADH2
menjadi etanol.
- PEMBENTUKAN
ETANOL OLEH BAKTERI
Bakteri Zymomonas mobilis menguraikan glukosa
melalui alur 2-keto-3-deoksi-6-fosfoglukonat dan memecah piruvat dengan bantuan
enzim piruvat dekarboksilase menjadi asetaldehid dan karbondioksida.
Asetaldehid kemudian direduksi menjadi etanol. Etanol dan karbon dioksida dan
asam laktat dalam jumlah kecil adalah produk peragian yang khas. Etanol dalam
minuman keras agave berasal dari atom C 2 dan 3 dan juga dari C 5 dan 6 dari
glukosa sedangkan etanol ragi berasal dari atom-C 1, 2, 5 dan 6. Pada peragian
daari beberapa Enterobacteriace dan Clostridium, etanol sebagai produk
samping peragian. Prastadium etanol yaitu asetaldehid tidak langsung dibebaskan
oleh piruvat dekarboksilase dari piruvat tetapi direduksi oleh asetil-koA.
Alkohol dibentuk melalui alur lain oleh bakteri asam laktat yang
heterofermentatif seperti Leuconostoc
mesenteroides. Glukosa diuraikan melalui tahap pertama dari alur pentosa
fosfat menjadi pentosa fosfat fosfoketolase bekerja terhadap xilulosa-5-fosfat
dengan reaksi sebagai berikut:

Asetilfosfat
yang terbentuk kemudian direduksi menjadi etanol oleh asetaldehid dehidrogenase
dan alkohl dehidrogenase. Produk lain yaitu gliserin-aldehid-3-fosfat direduksi
menjadi laktat melalui piruvat.
- PELAPISAN
BIJIH LOGAM
Beberapa
bakteri asidofil pengoksidasian besi dan belerang memiliki kemampuan untuk
mengubah bijih logam sulfida dan unsur belerang
menjadi sulfat logam berat yang dapat larut dalam air dapat dimanfaatkan
untuk melepaskan bijih logam bernilai rendah dan untuk mendapatkan tembaga,
seng, molibden, uranium dan nikel.
Pelepasan
bijih logam atau disebut juga leaching
processes telah dikerjakan secara besar-besaran untuk memperoleh bijih
logam dari timbunan tanah di atas mineral dan kemungkinan dapat digunakan pada
penambangan dalam tanah. Air dibiarkan merembes melalui tumpukan tinggi
lapisan-lapisan bebatuan yang mengandung bijih logam yang telah ditumbuk halus
sebagai contoh yang mengandung pirit FeS2 dan sulfida-sulfida logam
yang m enyertainya seperti kalkozit (Cu2S), CuS, ZnS, NiS, MoS2,
Pb2S3, Sb2S3, CoS, dan larutan yang
mengandung garam sulfat ditampung. Dari larutan ini, logam dapat diperoleh dengan menguapkan atau
dengan cara mengendapkan larutan. Peleburan sulfida logam berat dapat terjadi
melalui beberapa proses oksidasi oleh bakteri dari senyawa-senyawa belerang
tereduksi dengan reaksi kimia:

atau
belerang unsur menjadi asam sulfat dengan reaksi kimia:

serta dari Fe2+ menjadi Fe3+
dengan reaksi kimia:

maupun
oleh oksidasi secara kimia dari garam-garam logam berat yang tidak larut
menjadi sulfat logam yang dapat larut dan belerang dengan reaksi:

Penyediaan
asam belerang dan regenerasi dilakukan oleh bakteri dari Fe3+.
Komponen ini dipakai pada pelepasan bijih logam. Pengubahan ini dilakukan oleh
bakteri Thiobacillus thiooxidans dan T. ferrooxidans. Dalam proses ini juga
dibantu oleh stam Sulfolobus pengoksidasi
belerang dan besi. Semua komponen yang terlibat mempengaruhi kadar Cu2+,
Co2+, Zn2+, ZNi2+ dan ion-ion logam berat lainnya yang tersedia.
Beberapa
bakteri seperti Gallionella ferruginea
dan Leptothrix ochracea dapat
ditemukan di dalam pipa-pipa air buangan dan sungai pegunungan diantara
gumpalan-gumpalan atau lapisan tebal besi oksida. Bakteri Leptothrix discophorus berperan untuk mengoksidasi mangan yaitu merubah
Mn2+ menjadi Mn4+.
- PEMISAHAN
LOGAM BERAT OLEH BAKTERI
Bakteri yang
berperan dalam proses pemisahan logam berat adalah Thiobacillus ferroxidans dan Thiobacillus
oxidans. Kedua bakteri ini termasuk khemolitotrof artinya bakteri pemakan batuan yang tumbuh subur di
tempat pertambangan ataupun dalam lingkungan tanpa ada zat organik dan berperan
untuk mengekstraksi berbagai jenis logam. Energi dapat diperoleh bakteri dari
oksidasi zat anorganik(besi dan belerang). Bakteri ini dapat mengekstrak
karbondioksida secara langsung menjadi karbon.
- PRODUKSI
ASAM-ASAM ORGANIK
Banyak
asam organik dalam skala besar di bidang industri kimia dihasilkan dengan cara
oksidasi tidak sempurna dengan bantuan dari mikroorganisme. Asam-asam organik
tersebut salah satunya asam-asam amino. Contoh asam organik lain seperti asam
sitrat, asam glukonat, asam apel dan asam itakonat dalam proses pembuatannya
dibantu dengan fungi (jamur). Pada pembuatan asam cuka dan asam glukonat dapat
dihasilkan dengan bantuan bakteri. Saat ini, dalam bidang industri kimia
digunakan bakteri sebagai pembentuk asam-asam amino.
A. PEMBENTUKAN
ASAM OLEH FUNGI (JAMUR)
Metabolisme
fungi adalah oksidatif ketat, hal ini berarti bahwa fungi tidak menguraikan
karbohidrat secara anaerob dan meragikannya akan tetapi pada kondisi anaerob
tidak terjadi pertumbuhan yang terus berlangsung. Produk peragian yang
dihasilkan adalah etanol dan asam laktat, sedangkan asam-asam organik lain
dihasilkan pada kondisi anaerob.
Pada
pembentukan berbagai jenis asam yang diekskresi oleh fungi pada pengubahan
glukosa dengan reaksi dari siklus asam sitrat dapat dihasilkan asam malat, asam
suksinat, asam fumarat dan asam sitrat. Asam oksalat terjadi oleh hidrolisis
oksaloasetat dengan perantaraan oksaloasetat hidrolase. Pembentukan asam
itakonat dari asam cis-akonitat dengan dekarboksilasi yang mengakibatkan
pergeseran elektron dalam kerangka karbon dan menggeser ikatan rangkap dari
kedudukan 2,3 ke 3,4.
- Asam
Laktat
Asam laktat diekskresikan oleh mocorales (Rhizopus nodosus, Rhizopus oryzae,
Rhizopus arrhizus, Rhizopus nigricans) dan fikomiset lain seperti Allomyces,
Saprolegnia, Blastocladiella. Pada bakteri-bakteri homofermentatif asam laktat
dihasilkan pula produk samping asam tartrat, asam fumarat, asam format, asam
asetat, asam apel dan etanol dalam jumlah yang sedikit. Asam laktat dapat
dihasilkan dalam jumlah maksimum apabila tersedia oksigen. Jamur tidak
membutuhkan larutan biak yang kompleks sebagai sumber nitrogen karena sudah
dicukupi dengan adanya ureum sehingga pemisahan asam laktat dapat diperoleh
dalam bentuk yang murni tanpa menimbuklan kesulitan seperti pada proses
peragian asam laktat oleh Lactobacillus.
- Asam
Glukonat
Produksi asam glukonat berdasarkan enzimatik dari glukosa dengan bantuan Glukosa
oksidase. Glukosa oksidase diekskresi oleh fungi ke dalam medium. Asam glukonat
dibentuk oleh Aspergilli dan Penicillia. Proses tersebut dapat berlangsung
dalam larutan glukosa 30 – 35 % dengan
hasil yang lebih banyak apabila asam dinetralkan dengan CaCO3 (kalsium
karbonat) dengan dibantu Aspergillus niger. Glukosa oksidase merupakan suatu
enzim yang mengandung FAD sebagai gugus prostetik. Pada oksidasi glukosa
dihasilkan β-D-glukono-δ-lakton sebagai produk oksidasi primer. Produk tersebut
oleh enzim glukonolaktonase dirubah menjadi glukonat dengan mengabil air.
Glukosa oksidase yang tereduksi memindahkan hidrogennya pada oksigen udara
dengan membentuk hidrogen peroksida kemudian oleh katalase dipecah menjadi air
dan oksigen.
- Asam
Oksalat
Asam oksalat diekskresi oleh banyak fungi.
Dalam produksi asam oksalat dibantu oleh reaksi alkali dari larutan biak.
- Asam
Sitrat
C Wehmer menemukan asam sitrat dalam biak
Penicillia ( Citromyces pfefferianus). Kemudian Currie dengan menggunakan dasar
penemuan C.Wehmer dapat menghasilkan asam sitrat dalam industri. Ia
menyimpulkan bahwa Aspergillus niger dalam larutan biak dengan pH aawal 2,5 –
3,5 dapat tumbuh dengan subur sambil mengekskresi asam sitrat dalam jumlah yang
banyak. pH awal yang rendah dimaksudkan agar tidak terjadi pencemaran oleh
bakteri. Dengan adanya peningkatan pH maka akan dihasilkan pula asam glukonat
dan akhinya asam oksalat.
B. PRODUKSI ASAM-ASAM AMINO OLEH BAKTERI
Asam amino dapat dibentuk oleh Corynebacterium glutamicum dan Brevibacterium divaricatum. Kedua
bakteri tersebut mampu mengekskresi asam L-glutamin dengan adanya biotin. Kadar
biotin ini agar terjadi penimbunan asam dalam jumlah 2,5 ϥg biotin/L sehingga
optimum. Apabila kadar lebih rendah pertumbuhan akan berkurang dan asam
glutamin yang dihasilkan menurun. Untuk memproduksi asam-asam amino lain dapat
disertakan mutan auksatrof dari Corynebacterium
glutamicum. Mutan-mutan yang memerlukan homoserin pada kondisi tertentu
akan mengekskresi 20 gram lisin/L larutan biak. Mutan-mutan lain dari Corynebacterium glutamicum,
Enterobacteriaceae dan Pseudomonadaceae
memproduksi L-homoserin, L-valin, L-isoleusin, L-triptopan dan asam amino
lainnya.
- PENGOLAHAN
AIR LIMBAH
Untuk menguraikan zat organik menjadi
anorganik yang stabil diperlukan mikroba aerob. Bakteri anaerob dapat memecah
gula menjadi air, karbondioksida dan juga energi. Agar dapat bekerja secara
maksimal, bakteri anaerob memerlukan suhu yang tinggi dan pada pH 6,5 – 8,5.
Cara pengolahan air limbah ini mencakup 3
cara yaitu:
1. Cara
Aerobik
Pengolahan air limbah secara aerobik, bakteri
aerob memerlukan udara dalam proses pengolahan air limbah sehingga diperlukan
aerator atau kolam aerob. Adanya aerator ini agar bakteri tetap hidup pada
waktu proses penguraian karena oksigen dapat disuplai dari lingkungan melalui
aerator. Contoh penggunaan cara aerobik ini seperti pada bending air sungai
yang tercemar.
2. Cara
Anaerobik
Pada pengolahan air limbah secara aerobik,
pada saat proses penguraian bakteri dapat hidup dengan sedikit oksigen atau
tanpa oksigen akan tetapi dalam proses pengolahannya memakan waktu yang lebih
lama dan menimbulkan bau. Contoh penggunaan cara anaerobik seperti pada septic
tank.
3. Cara
Fakultatif
Pengolahan air limbah dengan cara fakultatif
ini melibatkan dua cara sebelumnya, yakni sebagian proses dengan cara aerob
kemudian dilanjutkan dengan cara anaerob. Contoh penerapan cara fakultatif
misalnya pada IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah)
Ada
2 macam metode yang dapat digunakan dalam pengolahan limbah yaitu:
1. Metode
Lumpur Aktif
Bakteri
yang berperan dalam proses pengolahan air limbah dengan metode lumpur aktif
berasal dari genus Pseudomonas, Flavobacterium, Alcaligenes, Bacillus,
Achromobacter, Corynebacterium, Comomonas, Brevibacterium, Acinetobacter,
Sphaerotilus, Beggiatoa dan Vitreoscilla. Dalam
lumpur aktif terdapat 108 CFU/mg lumpur. Bakteri yang diisolasi
sebagian besar berasal dari spesies Comamonas-Psudomonas dan Caulobacter. Dalam flok lumpur
aktif juga terdapat bakteri autotrofik misalnya bakteri nitrit seperti Nitrosomonas
dan Nitrobacter yang berperan mengubah amonia menjadi nitrat serta
bakteri fototrofik seperti Rhodospilrillaceae yang berperan penting
dalam penurunan nilai BOD dalam lumpur aktif.
2.
Metode Saringan Tetes
Pengolahan
limbah cair dengan metode saringan tetes menggunakan biofilum. Biofilum merupakan
lapisan mikroorganisme yang menutupi hamparan saringan pada dasar bak limbah.
Hamparan saringan ini berupa tumpukan arang, plastik, dan kerikil. Penguraian
secara anaerob dapat dilihat pada proses biologis gas metana (CH4).
- PRODUKSI SENYAWA HIDROKARBON
A.
NAFTALENA, ANTRASENA DAN
SENYAWA POLIAROMATIK LAIN
Beberapa bakteri mampu
menguraikan senyawa hidrokarbon polisiklik seperti naftalena, antrasena dan
fenantrena. Bakteri akan dirumbuhkan dalam salah satu larutan biak tersebut
kemudian akakn diekskresi salisilat. Hal ini menunjukkan bahwa senyawa
hidrokarbon alamiah apat diubah oleh mikroorganisme maupun dioksidasi sebagian
atau seluruhnya. Aspal dalam kondisi lingkungan yang menguntungkan dapat
diuraikan meskipun prosesnya berlangsung lambat. Grafit dapat dioksidasi dalam
tanah yang didalamnya terdapat mikroorganisme.
Pada pencemaran tanah
dengan minyak bumi, hidrokarbon dalam tanah yang didalamnya terdapat
mikroorganisme dan diudarai dapat diuraikan secara cepat dan sempurna. Minyak
bumi yang tumpah pada air laut merupakan bahaya besar bagi flora dan fauna.
Tumpahan minyak bumi ini dapat diuraikan pula oleh bakteri akan tetapi meskipun
telah diuraikan akan tetap tertinggal dalam waktu yang lama karena pengaruh
biologik. Zat alkana berantai panjang,
senyawa hidrokarbin aromatik dan campuran menyerupai aspal.
B. METANA
Metana
dapat diolah dan dioksidasi oleh bakteri yang tidak mampu memecah hidrokarbon
berantai panjang. Hanya bakteri tertentu pengolah metana yang memakan
hidrokarbon yaitu kelompok bakteri yang ekstrim dalam pengolahan senyawa C1.
Oleh karena itu bakteri pengolah metana dikelompokkan bersama dengan semua
bakteri dan ragi yang mengolah metanol, amina termetilasi, formiat,
dimetileter, dan formaldehid sebagai kelompokm organisme metilotrof. Bakteri
yang mengandung metana sebagai sumber karbon dan energi berasal dari genus: Methylomonas, Methylococcus dan Methylosinus. Gas metana
berguna sebagai sumber energi alternatif sebagai contoh gas elpiji untuk
keperluan rumah tangga dan pembakaran untuk menghasilkan listrik.
Pengolahan metanol oleh bakteri dimulai oleh
metanol dehidrogenase. Ditemukan gugus
prostetik yang disebut metoksatin atau pirolkhinolinkhinon (PQQ) di dalam enzim
tersebut. Metosaktin sebagai komponen alkohol dehidrogenase yang terikat membran
dan terdapat dalam bakteri. Pada pengolahan metana dengan metode saringan
tetes, proses
pengolahan dilakukan dengan memasukkan bakteri ke dalam bak berisi limbah yang
telah diberi lubang untuk masuknya udara (aerator). Limbah akan terurai dan
dapat dibuang ke lingkungan yang airnya sudah dipisahkan dari endapannya.
Misalnya limbah logam berat yaitu chromium, limbah tersebut dapat direduksi
oleh bakteri Enterobacter cloaceae.
Di Berlin telah
diisolasi dari biak pengkayaan dengan fraksi hidrokarbon sebagai sumber energi
dua ragi: Candida lipolytica dan Candida tropicalis. Candida
lipolytica mengolah mulai dari panjang rantai 15 atom-C semua homolog yang
lebih panjang. Kebanyakan jenis candida mengoksidasi hidrokarbon. Hasilnya
dengan karbohidrat sebagai substrat harga Y hanya 0,5 akan tetapi hidrokarabon
yang dihasilkan 0,7 – 1.
Banyak
Pseudomonas yang mengoksidasi
hidrokarbon secara sempurna, hanya Acinetobacter
calcoaceticus saja mengekskresi produk oksidasi dan Nocardia menimbunnya di dalam sel.
Beberapa
contoh bakteri metanogen yang diklasifikasikan secara taksonomi:
- Methanobacterium thermoaautotrophicum
- Methanobacterium aboriphilicum
- Methanobacterium formicicum - Methanobacterium
ruminantium
- Methanobacterium
mobile - Methanococcus
vannielii
- Methanosarcina
barkeri - Methanosarcina
marzei
- Methanospirillum
hungatii - Methanothrix
soehngenii
Bakteri-bakteri metana dapat mengaktivasi
hidrogen dan menghubungkan oksidasi hidrogen dengan reduksi CO2. CO2
diolah sebagai akseptor hidrogen dan metana diproduksi untuk memperoleh energi.
Selain bakteri-bakteri metanogen di atas,
bakteri Escherichia coli juga
berperan penting dalam pembentukan bahan bakar karena Escherichia coli mampu
menyintesa dan memproduksi enzim hemiselulosa yang berguna untuk menguraikan
selulosa menjadi gula kemudian gula akan diubah menjadi asam lemak untuk
membentuk membran sel. Gen bakteri ini direkayasa dengan memberikan arus
pendek. Hal ini bertujuan untuk dapat memproduksi molekul asam lemak secara maksimum.
Asam lemak ini nantinya akan diubah menjadi bahan bakar dan senyawa kimia
lainnya.
Referensi:
1. Buku:
Baskoro,tedjo.1968.Mikrobiologi Umum.
Yogyakarta:Universitas Gajah Mada
Hadioetomo,dkk.1986.
Dasar-dasar Mikrobiologi.Jakarta:Universitas
Indonesia
2. Situs:
id.wikipedia.org/wiki/Bioteknologi/
http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/BAB
I PENDAHULUAN.pdf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar