CONTOH DAN ANALISIS DAMPAK, HAMBATAN DAN SOLUSI
TENTANG KEMAJUAN PERADABAN DENGAN PENGGUNAAN BAHAN PEWARNA MAKANAN
1. PERKEMBANGAN
PENGGUNAAN BAHAN PEWARNA
Dahulu orang,
menggunakan bahan pewarna alami karena bahan untuk membuat pewarna tersebut
mudah digunakan dan mereka hanya memiliki pengetahuan dan cara sederhana untuk
membuat bahan alami secara turun temurun. Bahan pewarna alami aman untuk
dipakai ataupun dikonsumsi apabila ditambahkan dalam makanan atau minuman
misalnya dalam pewarnaan kue jajanan pasar menggunakan pewarna klorofil yang
dapat diperoleh dari daun sehingga warna kue tersebut akan menjadi hijau.
Kita ketahui bahwa sebenarnya sejak dulu
teknologi sudah ada atau manusia sudah menggunakan teknologi. Perkembangan
teknologi terjadi karena seseorang menggunakan akalnya. Dengan akalnya ia ingin
keluar dari masalah, ingin hidup lebih baik, lebih aman dan sebagainya. Seiring
dengan kemajuan peradaban, muncul teknologi-teknologi yang ditunjang dengan
ilmu pengetahuan maka terciptalah berbagai ide kreatif dan produk-produk untuk
mempermudah kegiatan manusia seperti mesin-mesin. Dapat dikatakan terjadi
kemajuan paradaban dari peradaban pramodern menjadi peradaban modern. Begitu
pula dengan penggunaan bahan pewarna alami semakin tergeser dengan diciptakan
bahan pewarna sintetik. Orang-orang cenderung lebih suka cara instan dan
modern. Padahal cara bahan pewarna sintetik yang digunakan pada makanan
berdampak buruk bagi kesehatan.
Pada dasarnya, bahan pewarna dibagi menjadi
dua macam yaitu bahan pewarna alami dan bahan pewarna buatan. Bahan pewarna
digunakan untuk mempercantik warna dari suatu benda, makanan ataupun minuman
sehingga orang akan merasa tertarik. Karena pada dasarnya zat pewarna makanan
mempunyai dampak visual. Benda dan makanan yang tidak diberi pewarna akan
terlihat pucat. Bahan pewarna makanan diperlukan jika hidangan yang
disajikan kurang menampilkan warna-warni bahan dasar pembuatannya. Meskipun memiliki
kadar gizi cukup tinggi, makanan yang kurang
menarik tetap tidak akan menggugah selera. Selain itu, bahan pewarna makanan
diperlukan untuk memperbaiki penampilan makanan hingga tampak lebih menggugah
selera.
(http://www.wisdomworld.org/setting/chemistry.html)
A. BAHAN
PEWARNA ALAMI
Pada
zaman dahulu untuk mempercantik warna suatu barang atau makanan digunakan zat
pewarna alami. Zat pewarna alami ini dapat diperoleh dari ekstrak bagian
tumbuhan, hewan,
dan sumber-sumber mineral. Zat pewarna sudah dipakai sejak zaman dahulu dan
dipercaya lebih aman daripada zat warna sintetis (buatan) karena bahan pewarna
alami terbuat dari bahan organik.
Kelemahan
zat pewarna alami antara lain:
1.
Membuat rasa khas makanan tidak sesuai dengan
keinginan, konsentrasi pigmen rendah, stabilitas pigmen rendah, keseragaman
warna kurang baik, dan spektrum warna tidak sebanyak zat pewarna sintetik.
2. Tidak tahan,
mudah pudar dalam kondisi panas, asam maupun basa. Sehingga tampilan makanan
yang menggunakan pewarna alami biasaya tidak secerah warna makanan dengan
pewarna sintetis.
(http://id.shvoong.com/books/guidance-self-improvement/1915161-manfaat-dan-bahaya-bahan-tambahan/)
Contoh zat-zat pewarna alami yang sering
dipakai untuk mewarnai makanan adalah sebagai berikut.
Ø
Karoten, zat
pewarna alami yang menghasilkan warna jingga hingga warna merah. Zat pewarna alami ini sering diapakai
untuk mewarnai produk-produk minyak dan lemak, misalnya minyak goreng dan
margarin.
Ø
Biksin, zat
pewarna alami yang menciptakan warna kuning seperti warna mentega. Zat pewarna
alami ini ada dalam biji pohon Bixa orellana di daerah tropis dan biasa dipakai untuk
mewarnai mentega, margarin, minyak jagung,
dan salad dressing.
Ø
Karamel, zat
pewarna alami yang berwarna cokelat gelap yang dihasilkan dari pemecahan (hidrolisis) karbohidrat,
gula pasir, laktosa, dan sirup malt. Karamel dibagi menjadi tiga jenis, yakni
karamel tahan asam (dipakai untuk minuman berkarbonat), karamel cair (roti
dan biskuit), dan karamel kering.
Ø
Klorofil, zat
pewarna alami yang tertdapat pada daun dan menghasilkan warna hijau. Zat
pewarna alami ini banyak digunakan untuk pewarna makanan, bahkan digunakan juga
di berbagai produk kesehatan. Daun suji, pandan, dan katuk, adalah
dedaunan yang banyak mengandung pigmen klorofil. Dedaunan ini adalah penghasil
warna hijau yang menarik dan beraroma harum yang khas sehingga sering dipakai
untuk perwarna berbagai jenis kue jajanan pasar.
Ø
Antosianin, zat
pewarna alami yang menghasilkan warna merah, oranye, ungu,
dan biru. Zat pewarna alami ini banyak dijumpai pada bunga dan buah-buahan,
misalnya pacar air, krisan, mawar, kembang sepatu, bunga tasbih, aster cina,
pelagronium, anggur, apel, strawberi, chery, buah manggis, dan umbi ubi jalar.
Bunga telang menciptakan warna biru keungu-unguan, sedangkan belimbing sayur
menciptakan warna merah. Sementara itu, pemakaian zat pewarna alami seperti
pigmen antosianin masih bersifat terbatas pada produk makanan tertentu,
contohnya produk minuman (susu, jus, dan sari buah).
B. BAHAN
PEWARNA BUATAN (SINTETIK)
Dengan
semakin majunya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi maka banyak
diciptakan inovasi-inovasi baru untuk mempermudah manusia dalam memenuhi
kebutuhannya. Sejak penggunaaan pewarna alami dirasa lama dalam proses
pembuatan maupun ongkos yang dikeluarkan cukup banyak maka dibuatlah pewarna dari
bahan-bahan kimia untuk mengganti pewarna alami yang disebut sebagai pewarna
sintetik. Bahan pewarna sintetis untuk mewarnai makanan misalnya: tartrazin, sunset yellow, karmoisin,
atau brilliant blue.
Bahan
pewarna makanan sintetis dapat diperoleh dengan cara membeli di toko
bahan-bahan pembuat kue atau makanan. Pemakai dapat secara langsung menggunakan
bahan pewarna tersebut, sesuai kebutuhan. Seringkali ditemui makanan atau
minuman yang menggunakan bahan pewarna yang dilarang oleh Permenkes
722/MenKes/Per/VI/88. Bahan-bahan pewarna tersebut diantaranya Rhodamine-B yang dicampurkan ke dalam
daging, saus tomat, maupun terasi. Sebenarnya, pewarna tersebut digunakan untuk
industri tekstil. Bila Rhodamine-B dikonsumsi, akibatnya
akan fatal. Dalam jangka panjang akan terjadi kerusakan organ hati dan ginjal,
hingga menyebabkan kanker.
Kelebihan
menggunakan bahan pewarna sintetik antara lain:
1.
Penggunaan bahan pewarna sintetik dalam makanan dan barang, selintas akan
sangat menggoda pandangan kita karena warna-warnanya begitu mencolok. Terlebih
jika diberikan dalam porsi yang berlebih.
2.
Bahan pewarna sintetik komposisinya lebih stabil,
memiliki daya tahan terhadap panas
lebih tinggi dibandingkan pewarna alami.
Dampak negatif penggunaan pewarna
sintetis antara lain:
1.
Menimbulkan efek penumpukan zat dalam tubuh.
2.
Dapat merusak organ pencernaan dalam jangka panjang
seperti ginjal, kerusakan organ hati dan dapat menyebabkan kanker.
3.
Dapat mempengaruhi aktivitas berfikir. Jim Stevenson, profesor Universitas
Southampton mengatakan bahwa anak-anak yang diberi minuman dengan pewarna
makanan (buatan) dan pengawet tertentu, lebih hiperaktif dibandingkan anak yang
tidak diberi makanan dengan zat pewarna buatan. Perlu diketahui bahwa di Amerika Serikat, masalah
hiperaktifi tergolong masalah kejiwaan yang serius dan harus diatasi dengan
segera, karena berhubungan dengan otak dan aktivitas berpikir manusia.
Beberapa
cara untuk mengatasi konsumsi zat pewarna makanan yang dilarang antara lain:
1.
Membiasakan untuk membuat makanan sendiri dengan
menggunakan bahan-bahan yang alami.
2.
Perhatikan bahan-bahan penyusun makanan dan minuman
yang Anda beli, pastikan ada label izin dari Badan Pengawas
Obat dan Makanan (BPOM).
3.
Untuk bahan makanan yang dibeli di pasar tradisional atau tanpa kemasan khusus,
biasakan memilih makanan yang warnanya tidak terlalu mencolok dan
bewarna-warni.
- Hindari memilih makanan yang apabila dipegang,
warnanya menempel dengan kuat di tangan Anda meski
sudah dibasuh dengan air, karena
kemungkinan makanan tersebut mengandung zat pewarna tekstil.
(http://www.anneahira.com/zat-pewarna.htm)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar