Jumat, 22 Maret 2013

PEWARNA MAKANAN


CONTOH DAN ANALISIS DAMPAK, HAMBATAN DAN SOLUSI TENTANG KEMAJUAN PERADABAN DENGAN PENGGUNAAN BAHAN PEWARNA MAKANAN

1.      PERKEMBANGAN PENGGUNAAN BAHAN PEWARNA
Dahulu orang, menggunakan bahan pewarna alami karena bahan untuk membuat pewarna tersebut mudah digunakan dan mereka hanya memiliki pengetahuan dan cara sederhana untuk membuat bahan alami secara turun temurun. Bahan pewarna alami aman untuk dipakai ataupun dikonsumsi apabila ditambahkan dalam makanan atau minuman misalnya dalam pewarnaan kue jajanan pasar menggunakan pewarna klorofil yang dapat diperoleh dari daun sehingga warna kue tersebut akan menjadi hijau.
 Kita ketahui bahwa sebenarnya sejak dulu teknologi sudah ada atau manusia sudah menggunakan teknologi. Perkembangan teknologi terjadi karena seseorang menggunakan akalnya. Dengan akalnya ia ingin keluar dari masalah, ingin hidup lebih baik, lebih aman dan sebagainya. Seiring dengan kemajuan peradaban, muncul teknologi-teknologi yang ditunjang dengan ilmu pengetahuan maka terciptalah berbagai ide kreatif dan produk-produk untuk mempermudah kegiatan manusia seperti mesin-mesin. Dapat dikatakan terjadi kemajuan paradaban dari peradaban pramodern menjadi peradaban modern. Begitu pula dengan penggunaan bahan pewarna alami semakin tergeser dengan diciptakan bahan pewarna sintetik. Orang-orang cenderung lebih suka cara instan dan modern. Padahal cara bahan pewarna sintetik yang digunakan pada makanan berdampak buruk bagi kesehatan.
 Pada dasarnya, bahan pewarna dibagi menjadi dua macam yaitu bahan pewarna alami dan bahan pewarna buatan. Bahan pewarna digunakan untuk mempercantik warna dari suatu benda, makanan ataupun minuman sehingga orang akan merasa tertarik. Karena pada dasarnya zat pewarna makanan mempunyai dampak visual. Benda dan makanan yang tidak diberi pewarna akan terlihat pucat. Bahan pewarna makanan diperlukan jika hidangan yang disajikan kurang menampilkan warna-warni bahan dasar pembuatannya. Meskipun memiliki kadar gizi cukup tinggi, makanan yang kurang menarik tetap tidak akan menggugah selera. Selain itu, bahan pewarna makanan diperlukan untuk memperbaiki penampilan makanan hingga tampak lebih menggugah selera.
(http://www.wisdomworld.org/setting/chemistry.html)
A.    BAHAN PEWARNA ALAMI
Pada zaman dahulu untuk mempercantik warna suatu barang atau makanan digunakan zat pewarna alami. Zat pewarna alami ini dapat diperoleh dari ekstrak bagian tumbuhan, hewan, dan sumber-sumber mineral. Zat pewarna sudah dipakai sejak zaman dahulu dan dipercaya lebih aman daripada zat warna sintetis (buatan) karena bahan pewarna alami terbuat dari bahan organik.
Kelemahan zat pewarna alami antara lain:
1.      Membuat rasa khas makanan tidak sesuai dengan keinginan, konsentrasi pigmen rendah, stabilitas pigmen rendah, keseragaman warna kurang baik, dan spektrum warna tidak sebanyak zat pewarna sintetik.
2.      Tidak tahan, mudah pudar dalam kondisi panas, asam maupun basa. Sehingga tampilan makanan yang menggunakan pewarna alami biasaya tidak secerah warna makanan dengan pewarna sintetis.
(http://id.shvoong.com/books/guidance-self-improvement/1915161-manfaat-dan-bahaya-bahan-tambahan/)
Contoh zat-zat pewarna alami yang sering dipakai untuk mewarnai makanan adalah sebagai berikut. 
Ø  Karoten, zat pewarna alami yang menghasilkan warna jingga hingga warna merah. Zat pewarna alami ini sering diapakai untuk mewarnai produk-produk minyak dan lemak, misalnya minyak goreng dan margarin.
Ø  Biksin, zat pewarna alami yang menciptakan warna kuning seperti warna mentega. Zat pewarna alami ini ada dalam biji pohon Bixa orellana di daerah tropis dan biasa dipakai untuk mewarnai mentega, margarin, minyak jagung, dan salad dressing. 
Ø  Karamel, zat pewarna alami yang berwarna cokelat gelap yang dihasilkan dari pemecahan (hidrolisis) karbohidrat, gula pasir, laktosa, dan sirup malt. Karamel dibagi menjadi tiga jenis, yakni karamel tahan asam (dipakai untuk minuman berkarbonat), karamel cair (roti dan biskuit), dan karamel kering. 
Ø  Klorofil, zat pewarna alami yang tertdapat pada daun dan menghasilkan warna hijau. Zat pewarna alami ini banyak digunakan untuk pewarna makanan, bahkan digunakan juga di berbagai produk kesehatan. Daun suji, pandan, dan katuk, adalah dedaunan yang banyak mengandung pigmen klorofil. Dedaunan ini adalah penghasil warna hijau yang menarik dan beraroma harum yang khas sehingga sering dipakai untuk perwarna berbagai jenis kue jajanan pasar
Ø  Antosianin, zat pewarna alami yang menghasilkan warna merah, oranye, ungu, dan biru. Zat pewarna alami ini banyak dijumpai pada bunga dan buah-buahan, misalnya pacar air, krisan, mawar, kembang sepatu, bunga tasbih, aster cina, pelagronium, anggur, apel, strawberi, chery, buah manggis, dan umbi ubi jalar. Bunga telang menciptakan warna biru keungu-unguan, sedangkan belimbing sayur menciptakan warna merah. Sementara itu, pemakaian zat pewarna alami seperti pigmen antosianin masih bersifat terbatas pada produk makanan tertentu, contohnya produk minuman (susu, jus, dan sari buah). 

B.     BAHAN PEWARNA BUATAN (SINTETIK)
Dengan semakin majunya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi maka banyak diciptakan inovasi-inovasi baru untuk mempermudah manusia dalam memenuhi kebutuhannya. Sejak penggunaaan pewarna alami dirasa lama dalam proses pembuatan maupun ongkos yang dikeluarkan cukup banyak maka dibuatlah pewarna dari bahan-bahan kimia untuk mengganti pewarna alami yang disebut sebagai pewarna sintetik. Bahan pewarna sintetis untuk mewarnai makanan misalnya: tartrazin, sunset yellow, karmoisin, atau brilliant blue.
Bahan pewarna makanan sintetis dapat diperoleh dengan cara membeli di toko bahan-bahan pembuat kue atau makanan. Pemakai dapat secara langsung menggunakan bahan pewarna tersebut, sesuai kebutuhan. Seringkali ditemui makanan atau minuman yang menggunakan bahan pewarna yang dilarang oleh Permenkes 722/MenKes/Per/VI/88. Bahan-bahan pewarna tersebut diantaranya Rhodamine-B yang dicampurkan ke dalam daging, saus tomat, maupun terasi. Sebenarnya, pewarna tersebut digunakan untuk industri tekstil. Bila Rhodamine-B dikonsumsi, akibatnya akan fatal. Dalam jangka panjang akan terjadi kerusakan organ hati dan ginjal, hingga menyebabkan kanker.
Kelebihan menggunakan bahan pewarna sintetik antara lain:
1.      Penggunaan bahan pewarna sintetik  dalam makanan dan barang, selintas akan sangat menggoda pandangan kita karena warna-warnanya begitu mencolok. Terlebih jika diberikan dalam porsi yang berlebih.
2.      Bahan pewarna sintetik komposisinya lebih stabil, memiliki daya tahan terhadap panas lebih tinggi dibandingkan pewarna alami.
Dampak negatif penggunaan pewarna sintetis antara lain:
1.      Menimbulkan efek penumpukan zat dalam tubuh.
2.      Dapat merusak organ pencernaan dalam jangka panjang seperti ginjal, kerusakan organ hati dan dapat menyebabkan kanker.
3.      Dapat mempengaruhi aktivitas berfikir. Jim Stevenson, profesor Universitas Southampton mengatakan bahwa anak-anak yang diberi minuman dengan pewarna makanan (buatan) dan pengawet tertentu, lebih hiperaktif dibandingkan anak yang tidak diberi makanan dengan zat pewarna buatan. Perlu diketahui bahwa di Amerika Serikat, masalah hiperaktifi tergolong masalah kejiwaan yang serius dan harus diatasi dengan segera, karena berhubungan dengan otak dan aktivitas berpikir manusia.
Beberapa cara untuk mengatasi konsumsi zat pewarna makanan yang dilarang antara lain:
1.       Membiasakan untuk membuat makanan sendiri dengan menggunakan bahan-bahan yang alami.
2.       Perhatikan bahan-bahan penyusun makanan dan minuman yang Anda beli, pastikan ada label izin dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
3.       Untuk bahan makanan yang dibeli di pasar tradisional atau tanpa kemasan khusus, biasakan memilih makanan yang warnanya tidak terlalu mencolok dan bewarna-warni. 
  1. Hindari memilih makanan yang apabila dipegang, warnanya menempel dengan kuat di tangan Anda meski sudah dibasuh dengan air, karena kemungkinan makanan tersebut mengandung zat pewarna tekstil.
(http://www.anneahira.com/zat-pewarna.htm)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar